Kamis, 26 April 2012

harapan tak dikenang

jauh dari genggaman, melainkan sebuah biografi biru yang di abu-abukan oleh tingginya dataran..)

for me forever

1/2 ikhlas

langkah terasa suci dengan segala kehinaan manusia mewarnai sinar matahari dan bulan di siang dan malamnya (yang maha segalanya) berikhtiar ikhlas. berbalik menampakkan kehinaan dari buaian kemalangannya, tanpa merenungi setelahnya lalui hitam di lembaran kosong. tidak jelas memang, tapi itulah kenyataan yang menghampiri ujung sentuhan kita. sangat terpapar sebuah kejelasan dari sebuah ketulusan yang tidak diarungi sebuah landasan yang mencari.

lalui satu dari sembilan

Minggu, 15 April 2012

PROPOSALq "HUBUNGAN KONDISI DAN SANITASI RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA "

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Rumah merupakan salah satu persyaratan bagi kehidupan manusia, karena sebagian besar waktu kehidupan kita dihabiskan di rumah. Sehingga persayaratan rumah sehat sangat penting karena selain memberikan rasa nyaman terhadap penghuninya juga dapat mencegah dari gangguan kesehatan.
Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim atau perubahan cuaca  dan makhluk  hidup lainnya serta tempat pengembangan kehidupan keluarga yang merupakan hal yang sangat mendasar. Oleh karena itu keberadaan rumah yang sehat,  aman,  serasi, dan teratur sangat di perlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik bagi penghuninya.
Menurut The American Public Health Association (dalam Gunawan, 2009), rumah sehat adalah tempat kediaman/tempat tinggal dalam suatu keluarga yang dapat menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik jasmani, rohani maupun sosial.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2009, diperoleh informasi bahwa banyak rumah dengan luas yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sehingga pada rumah yang terlalu sempit sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit ISPA sangat cepat serta banyaknya polusi udara yang terjadi di wilayah tersebut.
Dalam laporan Subdin P2 & PL Dinkes provinsi Sul-Sel tahun 2003 diperoleh data persentasi rumah sehat sebesar 57,03% sedangkan  untuk tahun 2004 persentasi untuk rumah sehat meningkat menjadi 63,34%, pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 64,29%, tahun 2006 mencapai 64,69% , namun pada tahun 2007 persentasi untuk rumah sehat menurun menjadi 55,49%, tahun 2008 menurun lagi 55,45% hingga  tahun 2009 menurun sampai 55,30%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian Indonesia sehat 2010 (80%) maka hal ini berarti masih jauh dari target (Depkes Propinsi Sulawesi Selatan, 2009).
Kesehatan perumahan dan lingkungan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam program penyehatan lingkungan pemukiman. Penyehatan perumahan dan lingkungan itu sendiri  di utamakan pada daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap kemungkinan penularan penyakit infeksi seperti Diare, TB paru, Cacingan, DBD dan ISPA serta dengan mencegah adanya rumah-rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan  proses infeksi akut berlangsung selama ±14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2009).
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang di sebabkan oleh kondisi rumah yang jelek/buruk. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA serta hubungannya dengan kondisi perumahan adalah faktor lingkungan seperti keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan berupa kepadatan penghuni,  kelembaban, ventilasi kurang, kebisingan, pencahayaan yang tidak optimal, tidak ada pembagian kamarisasi, faktor prilaku seperti kebiasaan merokok keluarga dalam rumah, faktor pelayanan kesehatan seperti status imunisasi, ASI Ekslusif dan BBLR serta faktor keturunan.
World Health Organitation (WHO), memperkirakan di Negara berkembang berkisar 30 – 70 kali lebih tinggi dari Negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di Negara berkembang gagal mencapai usia 5 tahun dan 25 – 30% dari kematian anak disebabkan oleh ISPA (Depkes RI Direktorat Jenderal PPM & PLP, 2002).
Di Indonesia kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama penyebab 36,4% kematian bayi tahun 2003  dan 32,1% kematian bayi pada tahun 2005, serta penyebab 18,2% kematian pada balita pada tahun 2003 dan 38,8% tahun 2005. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Berdasarkan data dari P2 program ISPA tahun 2005 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749 kasus sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2009 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sul-Sel penemuan penderita ISPA pada balita sejak tahun 2007 hingga 2009, berturut–turut adalah 62.126  kasus (31,45%), 72.537 kasus (35,94%) dan 74.278 kasus (36,26 %). Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian ISPA di propinsi Sul-Sel semakin bertambah.

 
A.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah ada pengaruh hubungan kondisi dan sanitasi rumah terhadap kejadian ISPA pada balita dikelurahan

B.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan umum:
Untuk mengetahui pengaruh hubungan kondisi dan sanitasi rumah terhadap kejadian ISPA pada balita dikelurahan.
2.      Tujuan khusus:
a.       Mendiskripsikan kondisi lingkungan fisik rumah yang mencakup (kepadatan hunian, ventilasi, suhu rumah, kelembaban, kamarisasi, dan pencahayaan rumah).
b.      Mendiskripsikan kejadian ISPA di kelurahan.................
c.       Menganalisis hubungan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan.
d.      Menganalisis hubungan ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan.
e.       Menganalisis hubungan suhu rumah dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan.
f.       Menganalisis hubungan kelembaban  dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan.
g.      Menganalisis hubungan kamarisasi rumah dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan
h.      Menganalisis hubungan pencahayaan dengan kejadian ISPA pada anak balita di kelurahan Bandengan.